Sabtu, 10 Juli 2010

One Stop Soto....at Soto Nusantara

Hari ini saya berjanji ketemu teman lama mau ngobrolin konsep membuat peresmian usaha barunya dibidang factory outlet dan distro.

Sabtu 10 July 2010 ini, saya terdampar di satu tempat di kawasan Cibubur, namanya Cibubur Square terletak di Jl.Tol Jagorawi Km 10,6.

Menjelang makan siang, perut sudah gak bisa kompromi lagi ....sinyal sinyal laper dan mulai dikirimkan ke otak."Makan.. makan.. makan" teriakan dari dalam perutku ditandai dengan bunyi 'kerubukan' tanda minta segera diisi..

Tanpa pikir panjang, saya langsung menyusuri rest area baru yang akan melakukan launching sekitar bulan July ini. Konsepnya cukup menarik, dengan bangunan yang mirip Masjid dilengkapi dengan lorong panjang ditengah seperti mall kecil. Tenant yang menyewa lebih banyak bisnis berbagai jenis makanan dan cafe. Terlihat ada beberapa brand sudah buka seperti Starbuck, Lawton Cafe, Burger King, Iga Bakar Sinta sampai Indomaret versi lengkap melengkapi SPBU yang ada disini.

Bangunan ini terdiri dari tiga lantai, dimana lantai satu ditempati tenant makanan yang branded, lantai dua tenan yang lebih kecil, dan lantai tiga ada mesjid dan food court.
Sepertinya pengelola ingin membuat rest area ini selain tempat istirahat, shallat, juga sebagai tempat hangout, ngopi dan makan baru sebelum mereka pulang ke rumah.

Letak Cibubur memang sangat strategis, apalagi dengan banyaknya perumahan disana, dan kemacetan jam pulang kerja yang melelahkan. Di lokasi ini, merupakan pasar yang besar untuk para pebisnis yang membuka usaha di rest area.

Di lantai 2 ada resto yang menarik minat saya, yaitu Plaza Soto Nusantara, ini adalah resto yang menjual beberapa jenis soto dari seluruh Indonesia. Dari mulai Soto Medan, Padang, Palembang, Soto Betawi, Soto Mie Bogor, Soto Kudus, Lamongan, Makasar sampai Soto Banjar, lengkap ada di sini. Saya mencoba slaah satu soto, yaitu Soto Palembang dan rasanya mmm oke banget. disajikan panas, pas dengan tagline nya : Plaza Soto Nusantara Panasnya T'rasa.

Ini bisnis yang unik, berbeda dengan yang pernah ada. Hampir semua seluruh daerah di Indonesia mempunya makanan yang dinamakan Soto. Tetapi yang merangkumnya menjadi satu usaha bisnis makanan One Stop Soto : setahu saya, ya baru Plaza Soto Nusantara ini.

Beruntung saya bertemu dengan Pak Sandy, pemilik Plaza Soto Nusantara yang memang sesekali selalu mampir dan menemani pelanggan yang makan disini. Setelah perkenalan dan kesana kesini, dengan gamblang pak Sandy cerita banyak, mulai dari sejarah, bermacam soto, hingga keunggulan produk-produk nya.

Menemani saya selesai makan, Pak Sandy bercerita panjang lebar mengenai Plasa Soto Nusantara.

Indonesia adalah negeri yang memiliki keragaman etnik bahasa dan budaya. Bayangkan Indoensia ada 18,306 pulau, 300 etnik dan 742 bahsa dan dialek. Selain itu, juga memiliki potensi wisata yang jumlahnya luar biasa. Ada wisata Alam, wisata Budaya, Wisata Belanja bahkan wisata Kuliner. Salah satu wisaata kuliner yang mewakili unsur kebudayaan Indoensia adalah Soto. Sebutan lain Soto adalah Sroto atau Coto. Itu semua adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari kaldu daging dan sayuran. Hampir semua daerah Indoenesia memiliki jenis makanan ini.

Soto umumnya, memiliki segmentasi pembeli dari kalangan menengah kebawah yang biasanya dijual diwarung warung pinggir, warung tenda dan pasar tradisional. Plaza Soto Nusantara berniat merubah paradigma tersebut dengan menghadirkan Soto di restoran ala cafe'. Plaza Soto Nusantara adalah satu satunya restoran di Indonesia yang menghadirkan soto dari seluruh Indonesia dalam sebuah tempat yang representatif, tanpa mengurangi cita rasa soto yang sudah lama dikenal masyarakat luas. Bahkan ruang makan nya sangat mewah, dengan suasana nyaman, inhouse music, jadi tempat nongkrong dan free hotspot yang memungkinan tulisan ini saya buat.

Terimakasih Pak Sandy, satu lagi ide bisnis jitu saya dapatkan setelah cukup lama tidak mengupdate blog tercinta ini buat teman teman yang sevisi.

Kapan-kapan saya mampir lagi ke tempat bapak...nyoba soto soto lain yang pasti 'trasa panasnya...! (Doni Negara - 10/07/09)

Selasa, 12 Mei 2009

Pasar dalam negeri lebih menjanjikan?

Disaat para pengusaha UKM ingin menjual produk/jasanya ke luar negeri alias go international, Muhamad Harris SH justru berpikir sebaliknya. Baginya pasar dalam negeri ternyata jauh lebih menggiurkan. Apalagi disaat masa krisi global seperti sekarang ini, menyasar pangsa pasar dalam negeri adalah strategi jitu untuk menghadapi masa krisis. Dengan strategi itu, pengusaha UKM yang memproduksi berbagai souveneer dan handycraft dari bahan pelepah dan daun pisang seperti box untuk batik, box untuk acara serah serahan, box kado, figura, frame sampai tempat pernik pernik ini, dapat meningkatkan jumlah omsetnya.

Produk Ekspor
Muhamad Harris memang bukan pemain baru dalam produk ekspor. Lebih dari enam tahun , hampir semua produknya dipasarkan di luar negeri. Produk handycraft dengan nama 'Belido' cukup dikenal di negara negara kawasan Asia Tenggara hingga ke Taiwan. Produknya ini disukai karena kualitas dan harganya dapat bersaing dengan produk produk dari negara Vietnam dan Cina.

Menjual produk ke luar negeri memang tidak mudah, selain harus memiliki relasi dan networking yang luas, mereka juga mensyaratkan kualitas produk yang sangat baik. Quality Control yang mereka terapkan sangat ketat sekali.

Memang menjadi impian bagi sebagian besar UKM kita untuk dapat menjual produknya ke luar negeri. Tetapi selain menguntungkan, haltersebut bukanlah tanpa resiko. Bukan cerita baru pula jika sebagian UKM mengalami kerugian yang tidak sedikit karena berbagai hal, termasuk masalah Quality Control ini. Tak heran banyak barang sisa eskport reject-kan yang kita jumpai di pasaran yang dapat kita beli dengan harga miring.

Mengalami kerugian juga pernah dialami pengusaha asal Sukoharjo Solo kelahiran Palembang yang memiliki tempat usaha Jl. Sili No 8 Darmosari, Gayam , Sukoharjo Jawa Tengah ini. Suatu saat kliennya dari Taiwan memberikan order dalam jumlah yang cukup besar. Bahkan bila dihitung hitung, keuntungannya sangat menggiurkan, walaupun proses produksi memakan waktu berbilang bulan lamanya. Tanpa pikir panjang lagi dengan modal kepercayaan, ayah dua anak dari istrinya Nia ini, langsung menerima order dan mengerjakan. Setelah selesai sebagian ia segera mengirimkan barangnya menggunakan kontainer. Sebulan, dua bulan, tiga bulan dan tunggu punya tunggu, si klien belum melakukan pembayaran juga. Sementara itu, bahan baku untuk produksi pengiriman kedua sudah disiapkan. Melihat gelagat yang kurang baik, akhirnya ia membatalkan produksi order tersebut. Satu kontainer barangnya hilang ...



Pasar Dalam Negeri
Mulai dua tahun belakangan ini, Belido mengalihkan pasarnya ke dalam negeri. Pendekatan dengan target market alias pasar dalam negeri mulai dilakukan. Harris masuk dalam komunitas para pengrajin batik. Diharapkan, produknya menjadi box pembungkus batik dari Semarang, Solo, Pekalongan, Yogya hingga Bali. Karena bergabung tersebut, secara tidak disadarinya, ia mulai tertarik menjadi pengusaha batik. Batik yang menjadi pilihannya memang berbeda, dia menjual batik -batik dari Klaten atau batik Madura.
Ternyata dengan jumlah penduduk yang 230 juta jiwa, pasar dalam negeri adalah pasar luas yang sangat menjanjikan. Baginya lebih mudah menggarap pasar dalam negeri, selain pembayaraan yang tepat waktu, harga yang terjangkau dan juga kualitas tidak terlalu bermasalah. Keuda hal itu memang menjadi competitve advantage produk produk Belido.
Selain itu Harris menambahkan " Pasar dalam negeri jauh lebih okeh, malah saya .. merasa bangga menjadikan produk dalam negeri menjadi raja di negeri kita sendiri".


Gagal? Alhamdulilah!!
Kerja cerdas dan hati ikhlas adalah landasan kerja pria berusia 35 tahun ini dalam menjalankan bisnis. Selalu berfikir positif dan usahakan selalu berteman dengan mereka yang berpikiran sama. Suatu hari temannya pernah mengalami kerugian besar dalam bisnisnya.. dan ketika di tanya , dia menjawab.. "Alhamdulilah....saya gagal...!"
"Lho kok gagal malah alhamdulilah? " Ya...kalau Allah menjatahkan saya gagal lima kali, berarti jatah saya tinggal empat kali lagi, sisanya pasti saya sukses.." Itulah contoh orang yang senantiasa berfikir positif.. Yuk mari jadikan produk kita raja di negeri sendiri, Harris sudah membuktikan itu.

Mang Odon - 10 Mei 2009

Sabtu, 25 April 2009

Yang Muda Yang Bergaya!

Tahukan Anda, sebuah negara dapat dikategorikan kedalam negara maju jika jumlah pengusaha atau entrepreneurnya sekitar 2% dari jumlah penduduknya. Jadi jika negara Indonesia sudah memiliki pengusaha sekitar 2% dari 230 jutaan jumlah penduduknya, kita sudah termasuk negara maju. Faktanya saat ini jumlah wirausahawan di negara kita baru sekitar 0,18 % dibanding jumlah penduduknya (data: BPS 2008). Artinya kalau mau menjadi negara maju, Indonesia harus mampu melahirkan ribuan bahkan jutaan lagi pengusaha tangguh.

Generasi Muda
Berbagai program untuk menelorkan para wirausahawan muda sudah banyak dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Berbagai progam penghargaan, kompetisi, awarding progam untuk memikat generasi muda menjadi wirausahawan sering kita jumpai di media massa baik cetak maupun elektronik. Mulai dari Ji sam Soe Award, Black Innovation (Jarum Black), Danamon Award hingga Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri milik Bank Mandiri. Belum lagi berbagai program yang dilakukan oleh berbagai media massa seperti majalah Swa, Infobank, Marketing, yang biasanya bekerja dengan lembaga survey/marketing dan perguruan tinggi. Kesemua program tersebut memang dirancang untuk menyasar generasi muda, generasi masa depan Indonesia. Inilah saatnya yang muda tampil kedepan,generasi yang muda yang bergaya!

Saat ini sudah banyak sosok muda wirausahawan yang mulai bergaya, dengan berbagai bisnis yang ditekuninya. Diantara mereka adalah Elang Gumilang dan Denny Deliandri. Mereka berdua adalah sosok pengusaha muda yang sangat menginspirasi banyak anak muda untuk segera terjun menjadi wirausahawan.

Elang Gumilang (Wirausahawan Perumahan Sederhana)
Elang Gumilang adalah juara 1 Program Wirausaha Muda Mandiri atau WMM 2007 untuk kategori mahasiswa. Anak Bogor yang kalem dan sederhana ini dari kecil memang bercita cita menjadi pengusaha. Sejak masih SMP, Elang sudah mulai berbisnis, mulai dari jualan donat, tukang lampu sampai menjual potongan ayam goreng dalam gerobak. Lucunya, hal itu dia lakukan diam-diam dan sembunyi-sembunyi karena orang tuanya melarang dia berjualan. Alasan orang tuanya melarang karena mereka tidak mau melihat Elang terganggu sekolahnya. Tapi ssetelah kuliah di IPB, rupanya nasib menentukan lain...

Saat ini diusia yang baru 23 tahun, Elang sudah menduduki jabatan Direktur PT Dwikarsa Semesta Guna, perusahaannya yang bergerak di bidang properti yang berkantor di Bogor Jawa Barat. Ditahun kedua usahanya, Elang sudah mempunyai empat buah perumahan diantaranya Griya Salak Endah di Cinangneng dan Bumi Warnasari Endah di Cilebut Bogor, dengan total luas tanah sekitar 20 hektar. Dan obsesinya, dia ingin membangun 2400 unit rumah sehat sederhana.
Produk Elang memang ditujukan untuk kalangan menengah kebawah dengan harga jual sekitar 35 - 60 jutaan. Ide pendirian perusahaan ini berawal dari kondisi yang dilihatnya bahwa masih banyak masyarakat menengah bawah yang belum memiliki rumah sendiri. Kalau pun ada, pasti keadaannnya kumuh dan memprihatinkan. Padahal rumah merupakan kebutuhan keluarga yang utama untuk berteduh dan hidup sehat. Dengan keperdulian inilah, Elang akan senantiasa menfokuskan bisnisnya pada rumah sehat sederhana.

Denny Deliandri (Wirausahawan Kek Pisang Villa)
Sosok sarjana teknik lulusan salah satu universitas negeri di Padang ini adalah pemilik Kek Pisang Villa, oleh-oleh khas Batam. Denny juga adalah pemenang Wirausaha Muda Mandiri tahun 2008.
Denny mengatakan bahwa untuk menjadi wirausaha yang tangguh, modalnya harus disiplin, berkemauan keras dan tentunya inovatif. Itu pula yang menjadi modal Denny dan Selvy, sang istri yang pandai membuat kue, menciptakan Kek Pisang Villa, oleh-oleh khas Batam.

Ide pendirian Kek Pisang Villa ini karena Denny melihat bahwa Batam mempunyai banyak potensi wisata di Indonesia selain Bali. Sayangnya, Batam belum memiliki oleh-oleh khasnya seperti Medan yang punya Bika Ambon atau Kue Meranti, Yogya dengan Bakpia Patoknya. Ini adalah peluang, Batam harus mempunyai sesuatu yang khas. Melalui proses try and error, akhirnya Denny dan istri mengembangkan Kek Pisang Villa dan mengkonsepkannya menjadi oleh-oleh khas Batam..yang memang belum ada sebelumnya. Sungguh ide yang brillian! Akhirnya ide ini direalisasikan oleh mereka berdua...

Bisnis yang dirintis Denny dan istri ini modal awalnya hanya 2 juta rupiah empat tahun lalu. Mereka membuat kue dan menjual dari rumahnya. Nama Villa, diambil dari nama perumahan dimana dulu mereka tinggal saat berjualan kue pertama kali di Batam. Pertengahan tahun 2009, setelah bisnis berjalan, omsetnya mencapat 400 jutaan dari 5 outlet yang dimilikinya. Kedepan, Denny akan lebih banyak berkonsentrasi pada pengembangan konsep makanan, termasuk diantaranya mengembangkan ke daerah lain yang ingin memiliki makanan khas sebagai ciri daerahnya.

Pertengahan tahun ini Denny akan membuka outletnya yang ke-6 di Bandara Hang Nadim Batam. Ini adalah langkah strategis dimana jika orang lupa membeli oleh-oleh sesaat sebelum meninggalkan Batam, dengan mudah dapat membelinya di Bandara. Seperti tagline Kek Pisang Villa : Jangan Tinggalkan Batam Tanpa Kesan....

Inilah contoh wirausahawan muda yang akan membawa negara kita menjadi negara maju di masa depan....Siapa yang mau menyusul.....????

Mang Odon , April 2009!

Jumat, 24 April 2009

" Iklan " memang nggak ada matinya!

Sadarkah Anda berapa kali dalam sehari Anda melihat, mendengar, berinteraksi : menikmati atau bahkan membenci iklan?? Tentu Anda bingung untuk menjawabnya secara langsung, karena jawaban nya bisa meluas kemana mana. Tapi baiklah.., kenapa tidak kita coba menghitungnya, walau secara kasat mata...

Sebelumnya kita sepakati dulu , batasan iklan kita adalah semua materi yang menampilkan brand, logo, visual, audio, maupun audio visual yang membawa pesan produk, jasa atau perusahaan, baik ATL maupun BTL termasuk Activation.

Pukul 05.00 pagi saat alarm membangunkan Anda, walau terantuk- antuk, mata Anda sudah dipaksa untuk melihat jam di dinding kamar (merchadise- iklan), pemberian dari sebuah bank karena Anda nasabah setianya. Kemudian masuk kamar mandi, kita membuka kemasan (packaging-iklan) sikat gigi, sabun atau shampoo berlogo brand kesayangan Anda. Seusai mandi, sambil sarapan di ruang makan, kita menyaksikan berita pagi. Iklan TV (tv commercial) menyambut Anda disela- sela tayangan berita aktual. Atau sambil sarapan roti Anda membuka lembaran koran pagi, iklan di koran (print ad) memaksa Anda untuk menatapnya dari lembaran halaman koran. Saat membuka halaman 5, tersisip selembar (flyer) kursus komputer, yang secara sadar Anda ambil untuk membacanya.

Selesai sarapan Anda menuju tempat beraktivitas, mengendarai kendaran sendiri atau umum. Di perjalanan, iklan mejeng dikiri kanan jalan sehingga kembali memaksa Anda untuk menolehkan kepala (billboard) walau hanya sekilas. Sampai di perempatan lampu merah, giliran baliho atau (spanduk) unjuk gigi pada Anda. Bahkan jika ada activation, tiba-tiba Anda disapa oleh badut-badut sambil menyebarkan (brochures) produk pencuci mobil terbaru. Itu baru yang besar-besar. Saat naik angkutan umum, kita jumpai poster dan sticker-sticker menempel dengan manis di kaca mobil angkutan.

Saat itu, jam baru menunjukan pukul 07.30 wib pagi, namun entah sudah berapa puluh 'iklan' menyapa Anda...

Sampai di kantor sekitar pukul 08.30. wib, biasanya Anda langsung menyalakan komputeratau note book , cek email yang masuk sambil sesekali YM-an atau facebook-an. Giliran , iklan (media online) pasang aksi, dan jumlahnya justru jauh lebih banyak lagi. Mereka seperti menimpuk-nimpuk Anda minta perhatian untuk sekedar di click. Selama on line, disadari atau tidak, panca indra Anda akan dipaksa berinteraksi dengan iklan. Jadi, hitung punya hitung hingga jam makan siang, jumlah iklan yang Anda temui sudah berlipat-lipat banyaknya.

Saatnya makan siang, Anda dapat perkirakan sendiri tambahan iklan yang menyambangi Anda, jika Anda makan di luar. Riuhnya stereo iklan akan menyelusuk melalui lima panca indra, dikehendaki ataupun tidak. Mau makan siang di mal, restoran, sampe kali lima, faktanya iklan ikut bareng pergi makan dengan Anda. Sedang asyiknya Anda makan siang, tiba tiba (sms blast-iklan) masuk ke hp , penawaran diskon dari kartu kredit Anda.

Baru setengah hari kita lewati tapi saya yakin, rasanya Anda sudah tahu jawabannya, berapa sebenarnya jumlah iklan yang kita lihat, dengar, rasakan berinteraksi dengan kita.
Seandainya Anda mau kita hitung sampai jam pulang kerja...kemungkinan besar jumlahnya tidak terhingga... Apalagi jika Anda bekerja di biro iklan, yang bisanya mewajibkan timnya menganalisis iklan yang di publish di media hampir setiap hari.......mmm rasanya kini tiada hidup tanpa ' iklan'.Iklan memang nggak ada matinya!

Ingat saat istri Anda melahirkan dulu, seorang manusia baru lahir. Baru beberapa jam lahir, bayi Anda akan langsung dapat bingkisan dari produk bedak dan sabun bayi (sampling). Kemudian saat Anda menghadiri pemakaman orang pejabat atau orang penting, puluhan karangan bunga anda simpati duka dengan nama perusahaan pengirim berjejer di rumah duka.

Berpengaruh atau tidak, iklan akan senantiasa setia mendatangi Anda. Tiada hari berlalu, tanpa iklan menghampirimu seumur hidup!

Sadarkah Anda berapa kali Anda membaca kata 'iklan' saat membaca artikel ini, yang Anda baca hanya dalam 5-6 menit?
Mang Odon 04.09
.

Senin, 20 April 2009

Raup ratusan juta rupiah dengan blog!

Fuuuuuntastik! Itulah kata yang keluar dari mulut saya setelah mendengar penuturan Asri Tadda, owner dari Astamedia Group, holding company untuk beberapa perusahaan yang bergerak dibidang 'marketing online' yang berbasis di Makasar, 14 April 2009 lalu.

Sungguh tidak dinyana, hanya dengan nge-blog atau blogging, duduk mematut diri di depan laptop sambil memainkan mouse, mampu menghasilkan uang hingga ratusan juta perbulannya. Dibenak saya, pendapatan sebesar itu, hanyalah milik direksi BUMN yang kerjanya pasti super super sibuk.

Bermula dari kegemarannya menulis artikel di media massa sejak kuliah, dokter lulusan Universitas Hasanuddin yang berusia 28 tahun ini, mengakrabi dunia maya dan menghasilkan uang yang cukup banyak dalam waktu yang relatif singkat. Banyak tulisan Asri yang dimuat media massa seperti Harian Fajar sejak masih menjadi mahasiswa.Tulisannya terutama mengenai kesehatan dan seputar dunia kedokteran.Menjamurnya internet di tahun 2000-an membuat Asri menemukan sarana untuk menyalurkan hoby nya dengan membuat blog. Blog inilah cikal bakal berdirinya Astamedia Group.

Wirausaha Muda Mandiri
Kedatangan saya dan tim dari metro TV berkaitan dengan shooting program TV Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang sudah ditayangkan sejak November 2008 lalu. Program TV ini dibuat untuk mendukung aktivitas CSR bank Mandiri, Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri. Kebetulan untuk episode kali ini, Asri Tadda nara sumbernya, salah satu pemenang program penghargaan WMM 2008.

Seperti pada shooting di kota kota sebelumnya, Surabaya, Yogya, Bandung, Jakarta dan Batam, kami langsung melakukan casting mahasiswa yang akan mendampingi narasumber dan host Artika Sari Devi saat shooting. Kampus yang kami datangi adalah Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Makasar.Dari casting yang diikuti sekitar 30 mahasiswa Unhas dan 20 mahasiswa UNM tersebut, terpilihlah : Hanca, Iyustika dan Niar, menjadi 'talent' mahasiswa nya.

Shooting Day
Jam baru menunjukan pukul 09.30 wita pagi itu, tapi Makasar sudah sangat terik sekali, kami tiba di kantor Astamedia Group, Jl Perintis Kemerdekaan Makasar. Sampai disana, saya lihat sudah ada beberapa orang 'blogger' yang sedang asik dibalik laptopnya, ditemani segelas kopi panas khas Blogger Cafe. Kerjaan para blogser memang 24 jam, dari pagi bisa sampai pagi lagi. Makanya, pelayan cafe dibagi menjadi 3 sift jam kerja...

Shooting hari pertama dimulai, pada segmen ini Artika bertemu dengan para mahasiswa dan kemudian bertemu dengan Asri di Blogger Cafe. Asri menjelaskan seluk beluk bisnis dan pengalamannya membangun Astamedia, mulai dari nol hingga menjadi seperti sekarang ini. Asri sangat komunikatif, dia sangat antusias menjelaskan bisnisnya kepada Artika dan para mahasiswa. Pertanyaan mahasiswa dan Artika dijawab dengan jelas dan gamblang. Shooting berjalan lancar..." Saya sangat terinspirasi sekali dengan kak Asri,'kata Iyustika, talent mahasiswa diakhir shooting.

Kira kira menjelang sore, shooting di segmen 1 selesai, kemudian kami lanjutkan ke segmen 2 di lantai 2. Pada segmen ini, Asri banyak bercerita mengenai Blogger School. Menurut Asri, ini adalah sekolah blogger pertama di Indonesia, yang akan menciptakan blogger-blogger profesional di masa yang akan datang.

Opening segmen 2 dimulai dengan adegan para mahasiswa meninjau kelas di Blogger School. Di dalam kelas, para mahasiswa mengikuti kuliah mengenai blog dan dunianya, disampaikan langsung oleh Asri Tadda. Sesekali tanya jawab mengenai blog, blogger, pay pall sampai transactions terdengar dari ruang kelas.

Saat shooting " story telling "mahasiswa di ruang kerja Asri, ada kejadian yang tidak diinginkan. Tiba tiba listrik mati. Daya listrik Blogger Cafe tidak kuat menahan beban lighting dan camera kru. Dalam beberapa menit, Blogger Cafe, Blogger School... gelap gulita. Saat kejadian jam menunjukan pukul 19.00 wita malam. Terpaksa shooting tertunda.
Lalu dengan pengalaman dan kesigapan soal lighting, mas Adi, salah seorang kru metro tv, memperbaiki kabel yang terbakar. Tak lama kemudian shooting dilajutkan dan berjalan dengan lancar.

Sebelumnya, saya sempat bertanya tanya, dari mana uang sebanyak itu diperoleh hanya dengan menjadi blogger? Ternyata, uang yang diporoleh dari iklan/Advertising, Link, Articles, dan Marketing on line. yang dimuat didalam blog kita.Makin sering blog kita di- click, makin besar uang masuk ke kocek kita...Ahhh sesimpel itu?? Ternyata tidak! Asri mengatakan bahwa untuk membuat blog, me-mantainance-nya menjadi blog profesional, diperlukan kegigihan, ketekunan, keuletan dan yang terpenting kejujuran. Kejujuran menjadi dasar utama jika ingin menjadi seorang wirausahawan yang berhasil.

Keinginan untuk berbagilah yang melatarbelakangi Asri mendirikan sekolah blogger nya. Ia ingin berbagi ilmu dengan generasi muda, terutama para mahasiswa untuk segera mendapatkan penghasilan.
Ia ingin membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran, yang setiap tahun jumlahnya semakin meningkat.

Shooting untuk segmen terakhir, dilakukan keesokan harinya di lantai 3 kantor Astamedia Group. Pada segmen ini, mahasiswa langsung mempraktekan cara membuat blog. " ...ternyata tidak terlalu sulit untuk membuat blog..., yang agak sulit, mungkin membuatnya menjadi profesional dan mandatangkan uang...' ujar salah seorang mahasiswa seusai shooting. Seperti kata Asri diawal shooting .." Kalau Saya Bisa, Anda Juga Bisa!!" Jadi tunggu apa lagi? Yuk kita bikin blog!!